Keberadaan Paguyuban Penggemar Burung Kenari ( PAPBURI ) memerlukan proses yang cukup panjang hingga sampai saat ini, berikut kami sampaikan kilas balik mengenal Papburi dari sisi sejarahnya :
GBPH Soerjobronto adalah putra Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, dan juga adik Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Almarhum adalah pecinta burung kenari sejak zaman Belanda. Kecintaan beliau terhadap kenari mengalir kepada dua putranya, yaitu RM Danis Albikoen dan Brigjend (Purn) RM Noeryanto, SH.
RM Danis Albikun lahir di Yogyakarta 20 Agustus 1938 dan tinggal di nDalem Suryowijayan MJI/340. Mulai tahun 1955, Kenari sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sama seperti adiknya RM Noeryanto, RM Danis Albikoen (Romo Danis, biasanya dipanggil) adalah salah satu tokoh kenari sepuh Yogyakarta.
Romo Danis banyak mengoleksi kenari, hampir semua jenis kenari import pernah dipelihara, diternakkan, dan disilangkan. ”Dulu kenari yang masuk di Indonesia umumnya besar-besar, meskipun holand, tidak sekecil sekarang,” jelasnya.
Selain langsung dari luar negeri, di Yogyakarta Romo Danies biasa membeli burung dari almarhum Pak Budiono (Ngasem). Almarhum Pak Budiono juga banyak sekali mendatangkan kenari-kenari dari luar negeri, meskipun juga banyak mengambil dari peternak di Malang. Beliau mengingat, bersama adiknya (Pak Nur) pernah dua kali membeli kenari dari almarhum Dr H Soemadi M Wonohito, SH (Bos KR) pada tahun 1959.
Romo Danis menegaskan, bahwa kedua almarhum itulah tokoh kunci dalam penyebaran kenari import di Yogyakarta. Mereka juga yang nantinya membidani berdirinya PAPBURI di nDalem Suryowijayan tahun 1999.
Sebagai cucu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, Romo Danies sangat bersahaja. Banyak kiprah yang sudah dilakukan beliau dalam memajukan dunia kenari. Salah satunya adalah menjadikan nDalem Suryowijayan sebagai tempat sarasehan kenari, bursa kenari, bahkan menjadikan nDalem Suryowijayan sebagai markas besar PAPBURI (Paguyuban Penggemar Burung Kenari) dan tentu sekaligus menjadi tempat lomba paling prestisius PAPBURI sejak tahun 2002 sampai dengan saat ini.
Beliau berharap dengan hobi burung kenari bisa mengenal rakyat dari berbagai lapisan masyarakat dengan lebih dekat. Tidak hanya itu, sebagai tokoh sepuh, Romo Danis masih sempat menurunkan burungnya dalam lomba yang PAPBURI selenggarakan, burung abu-abu dengan nama Inul beberapa kali juara dalam event dimaksud.
Romo Danis adalah salah satu penggagas berdirinya PAPBURI (Paguyuban Penggemar Burung Kenari) pada tanggal 12 Mei 1999. Beberapa teman yang sangat berperan penting dalam pendirian PAPBURI adalah Bambang Setiawan (pencetus ide/wakil ketua), Alm Dr H Soemadi M Wonohito SH (pelindung), Alm Budiono (penasehat), Gunawan (penasehat), Shony Djarot Sanityo, Drs (sekretaris I), Andy Surya Wibawa, ST (sekretaris II), Arcadius Armanto (bendahara I), Yunita Dewi, SE, MM (bendahara II), dan Sungkono. Pada kepengurusan PAPBURI pertama ini, Romo Danis dipercaya menjabat sebagai ketua.
Banyak sekali karya yang sudah dilakukan, antara lain membuat Anggaran Dasar PAPBURI, sosialisasi dan merekrut anggota PAPBURI, bursa burung kenari 14 November 1999, bursa/ pameran burung kenari 3 September 2000, dan sarasehan virus burung 13 Oktober 2002 dengan pembicara Dr Joko Santoso, Dr Drh Edi Boedi Santoso MP dan bapak Gunawan. Bahkan sebelum mendirikan PAPBURI, Romo Danis Albikoen sudah beberapa kali menyelenggarakan penyuluhan dan sarasehan bekerja sama dengan Dinas Peternakan DIY.
Karena kecintaan yang sangat dalam terhadap burung kenari, dalam hidup Romo Danis tidak bisa lepas dari burung indah itu. Kalau toh pernah berhenti beternak, karena tugas dan pekerjaan diluar kota dan luar propinsi, beberapa tahun kemudian kembali aktif beternak. Saking lamanya beliau beternak dan memelihara kenari, hingga romo Danis membagi dalam 4 periode.
Periode I tahun 1956 - 1960, Beternak kenari bersama ayahanda, murni sebagai hobbies. Pada periode ini beliau mengenal banyak tokoh kenarimania sepuh seperti almarhum Dr H Soemadi M Wonohito SH, bapak Umar Singgih (Guru SMP Negeri 2), Ir Soetjipto, Ketua Penggemar Anggrek Indonesia (PAI) Cabang Yogyakarta, almarhum Pak Budiono, Pak Jang Kiem, Om Hong Gwan dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1960 beliau berhenti beternak karena bekerja di Jakarta dan Kalimantan. Pada periode ini beliau menyempatkan diri dua kali, yaitu tahun 1983 dan 1984 keliling Belanda melihat-lihat kenari diberbagai toko kenari disana. Beliau berusaha belajar guna perbandingan dengan kenari-kenari yang ada di Indonesia.
Periode II tahun 1988, ternak kenari import, antara lain Yorkshire, WS, Border, Tim Brado, Siskin, Gloster, Fancy, dan Frill. Pada periode ini beliau sangat memahami karakteristik beternak kenari, sangat faham mana kenari yang bisa diternak dan mana yang tidak bisa. Beliau sudah sangat kenyang pengalaman beternak macam-macam kenari import. Karena sejak tahun 1988 kenari yang Romo Danis pelihara hanya jenis import saja. Pada permulaan tahun 2004 beliau berhenti beternak kembali.
Periode III, tahun 2004 - 2008, hanya memelihara kenari jantan, sebagai klangenan, merdunya suara kenari membuat beliau tidak pernah bisa lepas dari kenari.
Periode IV, Oktober 2008 sampai Sekarang, mulai beternak lagi khusus kenari jenis besar, seperti yorkshire, F2, dan F1. Hal ini didukung oleh adiknya Brigjend (Purn) RM Noeryanto, SH yang memasuki masa purna tugas sebagai perwira tinggi TNI AD, yang mana banyak menghadirkan burung-burung import terutama jenis yorkshire.
”PAPBURI dengan ketua baru Drs Eko Budi Siswoyo, seorang pelomba kawakan, pengusaha andal, dan jagoan marketing, saya yakin PAPBURI akan terus berkembang dalam segala bidang, di antaranya ternak, lomba, dan kualitas burung kenari di Yogyakarta,” kata Romo Danis.
sumber : http://www.papburijogja.co.cc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar