Minggu, 19 Juni 2011

Coba Peluang Blacktroat bersama Ring VIO

Dalam memulai usaha memang kita dituntut untuk membuat perhitungan di atas kertas sedetail dan secermat mungkin agar usaha yang akan kita jalankan dapat berjalan dengan sukses sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat mencapai tujuan yang kita idam-idamkan. Meskipun untuk mencapai tujuan tersebut perlu kerja keras dan disertai dengan permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
Begitu juga yang dilakukan Yamto dalam memulai usaha breeding kenari.Sebelum memutuskan untuk beternak kenari, Yamto berkeinginan untuk beternak jalan suren tetapi karena setelah dihitung secara keseluruhan ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam beternak jalak suren. “ Kalau beternak kenari biayanya sedikit, mudah, dan harga cenderung stabil serta dapat dilombakan, sedangkan untuk beternak jalak suren biayanya lebih banyak, agak sulit, harga cenderung labil bahkan harga cenderung turun serta tidak dapat dilombakan “, terang Yamto saat ditanya Papburi Solo tentang perbedaan beternak kenari dengan beternak Jalak Suren.
Pada awalnya Yamto, kelahiran Klaten 16 September 1976 , adalah penghobi burung ocehan meskipun burung ocehan yang dipeliharanya bukan kelas lomba. Begitu cintanya dengan burung ocehan maka Yamto berkeinginan untuk dapat beternak burung ocehan dan pilihannya jatuh pada beternak kenari dengan berbagai pertimbangan sebelumnya.

Tahun 1998 Yamto mulai usaha breeding kenari dengan menggunakan pejantan Holland seekor dan tiga ekor betina Holland. Saat itu disamping breeding kenari Yamto juga masih pelihara burung ocehan . Hasil ternak kenarinya dibeli langsung oleh pembeli yang datang ke rumah Yamto yang beralamat di Ngladon, Joton, Jogonalan Kabupaten Klaten.
  • Setelah breedingnya berjalan beberapa waktu dan Yamto mendapat penghasilan dari breeding kenari tersebut dimana salah satu alasan Yamto beternak kenari adalah mendapat penghasilan atau sebagai mata pencaharian, maka indukan kenari yang dipakai Yamto saat ini sudah berkembang menjadi enam ekor indukan jantan yang terdiri dari dua ekor pejantan F2, seekor pejantan F1, dan tiga ekor pejantan AF. Sedangkan indukan betina berjumlah 11 ekor kenari Holland.

Dengan komposisi indukan yang dipakai Yamto tersebut, setiap bulannya menghasilkan rata-rata tujuh ekor anakan kenari. Yamto memberi harga anakan kenarinya bervariasi dari Rp 250 ribu sampai dengan Rp 500 ribu tergantung dari ukuran atau bentuk postur tubuhnya.
Saat Papburi Solo berkunjung ke rumah Yamto terdapat tiga ekor Blackthrout yang terdiri dari seekor pejantan dan dua ekor betina. Menurut Yamto saat ini dirinya memang mencoba untuk breeding blackthrout. Selain itu Yamto juga menyimpan beberapa ekor kenari untuk dimaster dengan prenjak dan ciblek, dimana harga burung kenari yang sudah dimaster dihargai antara Rp 500 ribu sampai dengan Rp 1 juta tergantung dari olah lagunya.

“ Sekarang saya kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar/konsumen akan anakan kenari dari tempat saya. Bahkan sampai inden beberapa waktu “ jelas Yamto, yang menggunakan ring VIO untuk anakan kenari hasil produksi Farmnya, saat menutup pembicaraan dengan Papburi Solo.

( Program Ring Papburi Solo )
periode. I th 2011)
Yamto (VIO) Ngladon, Joton, Jogonalan, Klaten ; 085643744466

1 komentar: