Bermula dari keinginan untuk mempunyai burung kenari yang mempunyai postur besar akhirnya kicaumania dari Klaten ini secara tidak sengaja memasuki dunia breeding atau ternak burung kenari. Burung kenari bukanlah burung ocehan pertama yang dipelihara oleh Koko yang nama lengkapnya adalah Dwi Sukoraharjo karena sebelumnya Koko adalah pemain burung ocehan terutama Anis merah dan Hwa-mei. Bahkan bersama beberapa temannya Koko sering menggantang Hwa-mei bareng-bareng seperti latihan bersama sampai ada Hwa-mei yang drop mentalnya atau istilah Koko burungnya pedot atau putus. “ Dulu saya bersama beberapa teman sering ngadu ( menggantang bareng seperti latihan atau lomba ) Hwa mei sampai ada Hwa-mei yang pedot. Kalau sudah pedot ya sudah besok cari lagi kemudian diadu lagi “ kenang Koko kepada Papburi Solo.
Koko menjelaskan awal mulanya dirinya beternak burung kenari yaitu dimulai pada tahun 2000. Saat itu Koko mempunyai seekor kenari betina Holland impor dan kemudian dititipkan di rumah teman yang mempunyai kenari jantan untuk kemudian dikembangbiakkan atau diternak dengan sistem bagi hasil, yaitu misalkan indukan kenari mempunyai anak empat ekor maka yang dua ekor untuk Koko dan yang dua ekor untuk temannya tersebut. Dengan system bagi hasil tersebut breeding kenari yang dijalani Koko mulai menampakkan hasil.” Hasilnya sedikit demi sedikit saya tabung untuk dibelikan kenari jantan yang akan dipakai untuk pejantan sehingga dapat beternak kenari sendiri. Saat itu hasil breeding kenari tersebut saya belikan kenari starblue yang saat itu harganya masih mahal “ jelas Koko.
“ Saat ini ternak kenari saya menggunakan induk jantan F2 sebanyak dua ekor, Yorkshire lokal sebanyak tiga ekor, dan seekor F3. Sedangkan induk betina ada tiga ekor kenari betina F1, seekor betina Yorkshire lokal, 18 ekor betina AF, dan dua ekor betina lokal yang berfungsi sebagai babu “ jawab Koko, kelahiran Klaten 10 januari itu, saat ditanya Papburi Solo tentang indukan kenari yang dipakai saat ini.
Saat Papburi Solo berkunjung ke rumah Koko di Jl. Kartini No.9 Klaten terdapat beberapa kenari , antara lain seekor Yorkshire lokal dan seekor F3 yang berumur sekitar tiga bulan, yang sedang dimaster. Jadi selain breeding, Koko juga menyempatkan diri untuk memaster burung kenarinya.
Setiap bulannya ternak kenari Koko ini rata-rata menghasilkan 10 ekor anakan kenari dari berbagai jenis yaitu kenari F1, F2, dan kenari AF. Koko memberi harga untuk anak kenari F1 antara Rp 550 ribu sampai Rp 600 ribu, untuk anak kenari F2 dihargai Rp 1 juta, dan anakan kenari AF ( silangan jantan F2 dengan betina AF ) dibandrol antara Rp 300 ribu sampai Rp 350 ribu.
Anakan kenari hasil breeding Koko yang menggunakan ring KOKO ini selalu diambil atau dibeli langsung oleh konsumen. Biasanya pembeli membeli piyikan kenari yang masih berumur antara 3 minggu sampai satu bulan. Untuk indukan memang sengaja tidak dijual oleh Koko
“ Pada saat mulai breeding atau beternak kenari jangan ada rasa takut untuk gagal dan harus optimis karena pada awal beternak memang banyak sekali cobaan atau kendala yang harus dihadapi, misalnya indukan atau anak kenari mati, tertipu, keliru, dan lain sebagainya. Itu adalah hal biasa “
demikian pesan dari Dwi Sukoraharjo alias Koko saat menutup pembicaraan dengan Papburi Solo.
Koko BF ; Ring (KOKO)
Jln Kartini 09 Tegalyoso, Klaten 081328049793,085725131999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar